Kita menyerap banyak hal dari dunia; citra, suara, teks, simbol, sentuhan dan lainnya. Semua itu menimbulkan sensasi yang pada gilirannya melahirkan imajinasi, ingatan dan visi.
Sensasi yang nota bene berasal dari indera itu akhirnya juga di cerap secara nalar menjadi pengetahuan. Sensasi / imajinasi artistik, ingatan dan pengetahuan bercampur baur dalam benak kita, karena itu kita sering sulit membedakan antara mengetahui dan merasakan. Pada kasus 'firasat' seseorang sebenarnya tengah merasakan sesuatu tetapi pada akhirnya malah sering menjadi seperti telah mengetahui sesuatu.
Sensasi rasa dipahami dengan cara melebur ke dalamnya yang pada gilirannya melahirkan imajinasi artistik sedangkan pengetahuan didapat ketika kita menjaga jarak dengan realitas. Dalam disiplin ilmu pengetahuan keharusan berjarak menjadi mutlak demi menjaga nilai obyektifitas.
Dunia pada bentuknya yang teraba adalah berupa benda, sedang benda dan segala hal lainnya yang terikut ke dalam matra waktu kemudian menjadi 'peristiwa'. Secara serentak manusia memahami dan meng artikan realitas itu lewat sensasi rasa, ingatan dan nalar. Lewat rasa setiap individu mendapatkan kesan unik dan khas yang dengan demikian dia juga tengah mengetahui sesuatu, paling tidak mengenai apa yang dirasakannya.
Benda sendiri memiliki nilai obyektif dan nilai tafsir atau subyektif. Sehingga sebuah benda pada dasarnya memiliki sifat rekam jejak yang ada pada dirinya sendiri dan juga dalam konteks waktu atau bisa disebut sejarah, masih juga bernilai unik karena tafsir individu.
Sebagai contoh, sebuah patung batu temuan akan memiliki fakta obyektif berupa jenis batuan, karakter tekstur, material penyusunnya, umur karbon, ditemukan di lapisan mana, dari peninggalan kebudayaan apa, ukurannya berapa, digunakan untuk apa. Secara simbolik sebagai perwujudan siapa. Semua itu akan bertambah jika sang penemu memiliki perasan khusus pada benda temuan itu yang bersifat subyektif, misalnya sebelumnya mendapatkan semacam mimpi aneh.
Jadi pada dasarnya sebuah benda atau peristiwa bagaimanapun sederhananya memiliki sekian banyak informasi jika kita urai dan jabarkan, baik dari segi obyektif maupun yang tidak kalah penting adalah nilai tafsir atau perasaan tertentu berdasar pada ingatan. Karena dengan tafsir kita akan menemukan arti dan keberadaan benda atau peristiwa dan peranannya dalam hidup kita. Seni pada akhirnya adalah limpahan dari nalar, rasa dan rekam jejak (ingatan) seseorang.
Dengan karya seni saya mengurai sebuah benda atau peristiwa sebagai 'sesuatu' sejauh yang saya tahu, saya rasakan dan saya ingat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar